Perjalanan Awal 2020, Kota Palembang

Setelah mencari mood yang hilang untuk menulis, akhirnya ketemu juga di awal Februari yang indah ini. Wah sudah mau seperempat abad nih, semoga bisa berabad-abad. Amiin. 

Memasuki tahun baru 2020 kemarin, aku punya trip yang tidak bisa dibilang seru tetapi patut untuk diceritakan. Namanya liburan kan harus kemana-mana sekalipun pas dimananya itu kita gabut dan tidak jelas. Di awal Januari aku ikut dengan Abang ke Palembang, katanya lumayan dapat tukang masak seminggu. Padahal ujungnya kupalakin makan enak di PTC.


Selain menyusuri Benteng Kuto Besak dan menggabut mengitari PTC sendiri saat Abang bekerja, inilah aktivitasku selama singgah di Kota Palembang pada awal 2020 ini.

1. Nongkrong di Dermaga Point Ampera

Semingguan di Palembang di awal tahun memang sudah diniatkan untuk menggabut dan mengakrabkan diri kepada aplikasi word di laptop. Dermaga Point punya tempat makan dan tempat ngopi yang asik. Tiga kali aku duduk di JCo Dermaga Point dengan pesanan yang sama dan pada kasir yang sama. Sampai dia ketawa dengan menyebutkan pesanan yang sama di kali ketiga aku datang. Satu iced chocolate tiramisu, satu donat tiramisu, dan satu donat alcapone. Lalu duduk seharian di sana sampai muak sendiri dan pulang. Kali ke-2 ke sana sih karena Perpustakaan dan karena paling jelek, kita bahas terakhir saja. 


2. Wisata Religi Alquran Al-Akbar

Akhirnya setelah beberapa kali ke Palembang dan gagal ke sini, akhirnya di awal 2020 kemarin bisa singgah dan mampir ke sana. Dilihat dari luar hanya pesantren biasa, perlu membayar Rp 20.000,- untuk bisa menemukan keindahan hasil karya luar biasa ini. 

Alquran Al-Akbar

Di dalamnya megah sekali. Berwisata sambil mendapat pahala. Dari sekian lembaran yang terpajang dan kita jadikan latar untuk berfoto, pasti ada ayat yang kita baca. Ada beberapa lantai yang seharusnya bisa kita kelilingi, hanya saja tidak lagi dibuka. Saat kulihat ke bagian atas, memang lumayan berbahaya sih. Lembaran Alqurannya bisa diputar 360〪, sehingga kalau salah-salah posisi berdiri bisa celaka. 



Untuk singgah ke Alquran Al-akbar harus sekali menggunakan pakaian tertutup, kalau laki-laki jangan menggunakan celana pendek, untuk perempuan wajib sekali menggunakan jilbab. Kalau sampai di sana terlanjur tidak berjilbab, ada penyewaannya. Dan enaknya di sana banyak kantin di lantai 1, juga ada penitipan alas kaki juga.

3. Wisata Sejarah ke Museum Sriwijaya

Hal luar biasa dalam membuka tahun 2020 adalah Abangku menghabiskan hari Minggu-nya untuk berkeliling museum Sriwijaya. Sekalipun terpaksa karena tidak mau aku ke sana sendirian, baginya ke sana terlalu jauh untuk ditempuh sendirian. Padahal masih bisa memanfaatkan ojek online. Semua informasi mengenai Kerajaan Sriwijaya dari masa sebelum berdiri sampai masa runtuhnya kerajaan, ada di sana. 

Bolehlah kalau misalnya singgah ke Kota Palembang dan merasa gabut, singgah ke Museum ini. Aku lupa bayar berapa masuk ke sana, hanya saja untuk mengetahui banyak sejarah kerajaan sebesar Sriwijaya tidak akan merasa rugi. Apalagi uang masuk sudah termasuk area taman yang luas dan bagus. Meskipun aku dan Abang saat itu tidak ada keinginan untuk melihat taman yang sepertinya lebih cocok datang sama pasangan masing-masing. HAHAHAH
Kurangnya di Museum ini ada beberapa area yang lampunya mati, seperti di ruangan letak informasi mengenai masa-masa selepas kejayaan kerajaan. Padahal bagiku dan Abang di bagian ini paling menarik, sampai harus disenter menggunakan gawai untuk membacanya. Mungkin karena sepi pengunjung, makanya hal tersebut tak menjadi perhatian petugas. Kalau ramai mungkin akan ada yang protes, iya kan?

4. Perpustakaan Daerah Sumatera Selatan

Nah, bagian paling malesin dari perjalanan gabutku di Kota Palembang. Seperti kuceritakan di awal, ke Palembang ini memang berencana untuk memulai sebuah tulisan panjang. Makanya menggabutlah awalnya ke Dermaga Point. Lalu setelah ada pencerahan, sepertinya kalau perpustakaan akan jauh lebih baik dan jauh lebih hemat. Harapannya begitu. 

Karena Kota Palembang adalah kota yang jauh lebih besar dari kota Padang (setidaknya dalam pikiranku), maka persangkaanku perpustakaannya akan jauh lebih mewah dan modern dari pada Perpustakaan Daerah Sumatra Barat. Kalaupun tidak sekeren Perpustakaan Daerah Riau yang juga pernah kusinggahi, setidaknya mendekati itulah. Harapannya seperti itu.

Ternyata saat sampai di sana aku merasakan kekecewaan luar biasa. Mulai dari petugas, saat aku kebingungan sedangkan di meja informasi di sebelah kiri, tidak ada orang. Saat masuk ke ruangan yang di sebelah kiri, kutanya loker untuk menaruh tasku ke entah siapa (mungkin itu petugasnya) yang sedang mengobrol indah. Di meja informasi dekat ruangan di kanan, ada satu petugas yang malah sibuk bermain mobile legend. Saat ditanyai pun hanya menunjuk ke sebuah ruangan yang kurang penerangan tanpa menunjukkan keramahan. 
Loker Perpustakaan Tak Berkunci

Masuk ke ruangan loker, ternyata tidak ada satupun loker yang memiliki kunci. Berarti barang yang ditaruh di loker, bisa saja tidak aman karena dapat dibuka oleh siapa saja. Di ruangan membacanya pun, sangat disayangkan ruangannya agak redup untuk digunakan membaca. Suasananya angker sekali di dalam ruangan perpustakaan. MENGECEWAKAN SEKALI. Tidak sampai setengah jam, akhirnya kuputuskan untuk kembali nongkrong di Dermaga Point.




Sekarang sudah masuk Februari, kemana kita selanjutnya?

Komentar