Sekilas tentang Surian, Kampung Kelahiranku!

Hai, mari berkenalan dengan Surianku. Sebuah kampung di ujung selatan Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Satu kecamatan dengan Nagari Lolo, kecamatan Pantai Cermin. Fyi, di Nagari Lolo inilah Bapak dari Bapak Gamawan Fauzi dimakamkan, deket tugu. Hehe..

Bukan hanya menjadi Nagari paling ujung dari Kabupaten Solok, tetapi juga adalah daerah darek paling ujung. Artinya Surian ini bersebelahan dengan rantau pasisia. Iya, Solok Selatan ternyata sudah masuk daerah rantaunya ranah minang, begitu kata Ayah Rajo Alam-ku tempo hari bercerita. Makanya di Balun terdapat kerajaan Balun yang terkenal oleh harimaunya. Konon cerita harimau yang dimainkan Ammar Zoni punya banyak kesamaan dengan cerita harimau di kerajaan ini.

Dari lahir aku hanya menjadikan nagari ini sebagai tempat tinggal tanpa banyak mengenalnya. Belakangan perkuliahan memaksaku untuk mencari sastra lisan yang belum diteliti oleh orang lain. Akhirnya pulanglah aku untuk menemukan sebanyak-banyaknya sastra lisan yang ada di sana.

Maka kenallah aku dengan Si Jangguik Merah Darah Putiah, Bujang Juaro, Bujang Tandang, dan Nyiak Rubiah. Nama-nama itu ada di tiga cerita yang akan kuceritakan di lain tulisan. Mash banyak sekali cerita lain yang akan diulik dari kampung halamanku ini.

Kepanjangan pengantarnya ya..

Oke, secara geografisnya Surian ini berbatasan dengan empat kenagarian. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Nagari Lolo, masih satu kecamatan dan satu kabupaten. Kalau kita datang dari Padang, sudah dipastikan bertemu dengan Nagari Lolo terlebih dahulu baru sampai di Nagari Surian. Lalu sebelah selatan dengan Nagari Pakan Rabaa Utara, Kecamatan Koto Parik Gadang di Ateh. Nagari di selatan ini sudah masuk ke Kabupaten Solok Selatan.

Kalau berjalan terus ke arah timur, kita bisa sampai di Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti. Sedangkan kalau ke barat akan menemukan Kabupaten Pesisir Selatan. Jika ingin menapaki jalan ke timur dan barat ini, masih harus "merambah" hutan belantara dengan berjalan kaki.

Belum ada jalan aspal untuk ke sana dari Surian. Zaman dulu sekali, masyarakat Surian yang ingin mendapatkan ikan kering atau menyicip gulai kapalo lauak harus turun naik bukit selama kurang lebih 24 jam, begitu cerita orang tua-tua. Termasuk Kakek dan Ayah dari Ayahku, beliau pernah ke Surian melewati hutan belantara begitu. Jauh sebelum Ayah-Ibuku lahir.

Banyak yang berpikir kalau nama Surian itu karena terdapat batang pohon surian di sana, tetapi tidak. Surian ini awalnya disebut Surihan. Surihan artinya jejak atau bekas. Konon katanya saat mendatangi Nagari ini sudah banyak ditemukan sisa-sisa tembikar dan juga sisa-sisa pertambangan di bagian Timurnya.

Katanya tahun 1975, Surian sudah kedatangan peneliti purbakala dari luar negeri. Lain waktu harus pulang kampung lagi untuk menemukan catatan penelitian mereka. Semoga saja ada di perpustakaan Nagari.

Jangan tanyakan wisata Surian padaku saat ini, ke sana itu tidak perlu banyak polesan untuk dijadikan wisata. Sebab ke bagian timur dan barat Nagari Surian adalah desa yang tenang dan menyenangkan. Memiliki sungai dan air terjun tersembunyi yang asik sekali, meskipun harus hiking kalau mau ke sana. Katanya di daerah Surian Tigo, ada peninggalan Belanda. Semoga saja masih ada, supaya bisa dijadikan bahan pula ke depannya.

Kita lanjutkan kapan-kapan cerita tentang Surian ini, Nagari di ujung selatan darek.

Komentar

  1. Wah Surian.. Haha
    Salam dari Muarolabuah kak

    BalasHapus
  2. Kak ejak, sekilar pada judul ini kakak typo (dari kata sekilas) atau ada artian katanya dalam bahasa Sana?

    Surian keren, kak! Suatu sat kuingin main ke Surian dan kota Solok. Eh, ada musim apa gitu dan kapan gitu di rumah kakak. Hehe.

    BTW, Kutunggu ke-3 cerita kakak tentang siapa 3 tokoh tersebut yang masih asing namanya di telingaku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waiyaaaa..haha..

      Nanti edit lagi deh sampai di Palembang. Hahaha

      Hapus

Posting Komentar