Hari Kesehatan Nasional 2019 (Cerita ke Acara YAICI dan 'Aisyiah Tempo Hari)


Selamat hari kesehatan nasional ya kalian, penting sekali kesehatan ini dalam kehidupan kita semua. Penting sekali namun banyak yang abai dengan kesehatan itu sendiri, kalau pun peduli masih kurang pemahamannya. Salah satu permasalahan kesehatan yang sedang banyak dibicarakan adalah masalah stunting alias kondisi fisik yang lebih pendek dari pada seharusnya. Ternyata masalah pendek ini bukan sebatas masalah angka saja, aku baru tahu saat mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) bersama ‘Aisyiah beberapa waktu lalu. Meskipun dalam kesepakatan kesehatan dunia membolehkan adanya kasus ini sebanyak 20%, tetapi respon Bu Merry dengan tegas, “tapi saya tidak setuju, harusnya kasus ini tidak boleh ada lagi!” Mendengar ini aku langsung membatin, segitu parahnya kah stunting itu? Baiklah ayo kita bahas sedikit, karena memang sepenting itu untuk tahu bagaimana stunting itu dan bagaiamana mengatasinya.
Satu dari tiga malnutrisi ini; stunting adalah bentuk kekurangan gizi kronis yang secara fisik memiliki tinggi badan dibawah standar normal dan terjadi pada saat mulai janin tetapi baru nampak saat umur 2 tahun. Tanda-tandanya itu yang jelas bertubuh lebih pendek dari seharusnya, berat badan bukannya naik malah cenderung turun, pertumbuhan giginya lambat, dan kemampuan belajar menurun. Segitu doang? Enggak! Akibatnya bahaya, untuk anak-anak saja nih bisa berakibat terjadi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan (kalau ini sih bisa bikin gampang sakit ya), penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran lemak. Belum cukup sampai disana, kalau orang dewasa bisa mengalami obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung glukosa, hipertensi, dan osteoporosis. Tidak enak sekali ya akibatnya, eh bukan tidak enak aja tetapi sangat berbahaya.
Sebenarnya sih penyebab stunting itu masalah gizi saja, makanya kita harus memperhatikan apa yang kita konsumsi. Apakah gizinya sudah mencukupi atau belum. Selain makanan bergizi dan difortifikasi zat gizi, yang kedua ini kayak MPASI dan sejenisnya deh. Selain itu kalau sudah ada gejala kekurangan zat gizi, beri suplementasu zat gizi dalam bentuk obat. Dimulai dari apa yang ada dalam piring kita, kalau panduan isi piring ya bisa di googling aja biar ga salah-salah ya. HAHAHA.

Yang penting jangan lagi tuh kalian makan mie instan, pake mi, dikasih kentang, telur, kadang dikasih krupuk atau kripik juga. Enak banget ya kayakya, tetapi ternyata itu sangat bahaya. Mari ubah kebiasaan lama. Heuheu. Makanan sehat itu juga ternyata tidak mahal amat kok, sayuran tinggal ditanam di halaman aja. Kalau untuk anak kos sepertiku malah makanan bergizinya bisa jauh lebih murah. Aku punya resep sendiri untuk pengganti mie rebus. Aku biasanya goreng bawang, cabe plus tomat, setelah itu siram air masukkan buncis atau sawi, masukkin telor. Enaknya bukan main itu. Meskipun banyak sekali pilihan makanan murah dan bergizi yang lainnya.
Biasanya untuk mendapatkan tambahan gizi lainnya, kita akan minum susu yang juga beragam macamnya. Aku baru tahu saat Bpk.Arif dari YAICI mengatakan kalau susu kental manis bukanlah sumber gizi yang baik, bahkan bukan untuk diminum begitu saja. Padahal kalau dalam iklan susu kental manis adegan minum segelas susu saat sarapan (kayaknya). Susu kental manis itu ternyata susu sapi yang dikeringkan alias dihilangkan kandungan airnya lalu dicampur dengan gula. Bahkan kata beliau kandungan gula di dalam SKM ini sebanyak 40-50%. Pantesan kalau Ibuk kantin tempat biasa nongkrong kalau bikin kopi susu tidak pernah pake gula lagi, susunya udah gula banget.
SKM inilah yang menjadi fokus YAICI dalam kegiatan yang dilakukan tempo hari, sebab kesalahpahaman terhadap SKM ini abai dari kritik masyarakat umumnya. Satu dua sih ada juga yang menyadari SKM itu bisa disebut gula, namun lebih banyak yang menjadikan minuman utama buat anaknya di pagi hari. Jadi dari setakar SKM gulanya sampai 21 gram sedangkan proteinnya hanya 3 gram. Waduh untung bukan penikmat SKM.
Susu Kental ManisSource: Fimela.com
Itulah pentingnya kita melihat kandungan gizi yang ada di label sebelum membeli makanan atau minuman. “Kebanyakan orang pasti yang dilihat harganya dulu, bukan kandungan gizi yang ada di labelnya,” seloroh Bu Hilda dari BPOM. Padahal semua produsen harus menyertakan kandungan isi dari produknya itu, kalau tidak dibaca ya sayang aja dong. Mengenai iklan SKM yang membuat kita salah paham itu, pihak BPOM ternyata juga sudah menegur, bahkan sering. Aturannya ternyata juga ada berupa undang-undang. Oh iya, BPOM itu ternyata setiap hari melakukan pengecekan produk makanan dan minuman loh. Aku baru tahu ini. Emang anaknya banyak tidak tahunya banget ini  si Reza.
Tahun depan sudah 2020, lalu 25 tahun kemudian di 2045 tepat dengan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Jangan kira aku ingat begitu saja, tema acaranya kan “Program Peduli Gizi Anak Menuju Indonesia Unggul 2045”, nah jadi Ibu Noor dari ‘Aisyiah pusatlah yang menjelaskan itu kepadaku. Aku lemah dalam bidang angka-angka gaes, jadi tahu begitu karena dikasih tahu juga. HAHAHA. Makanya saat ini kita sangat perlu untuk menyiapkan generasi emas di seabadnya negara kita. Mulailah untuk memahami tentang gizi, kesehatan lingkungan, membiasakan olahraga, membiasakan cek kesehatan, cek label produk, dan banyak kebiasaan kecil lainnya yang akan sangat berpengaruh dalam persiapan seabadnya negara kita tercinta.
Generasi Muda Harapan BangsaBlogger Sumatra Barat

Komentar

Posting Komentar